Makan Kenyang dengan Beras Tiruan Solusi Diversifikasi Pangan.
sumber merdeka.com. Beras padi. |
Apa jadinya jika nasi yang
kita makan bukan berasal dari beras? Tapi bentuknya sama seperti beras.
Peneliti Institut Pertanian Bogor baru-baru ini melahirkan produk pangan
alternatif mirip beras, yang diberi nama 'beras analog'. Apa
Keunggulan dari beras tiruan ini? Direktur Technopark IPB, Slamet Budijanto,
memaparkannya dalam perbincangan berikut ini.
Apakah sama dengan
tepung-tepung yang sudah ada bahwa itu hasil kombinasi dari berbagai tepung
terus dibuat seperti beras begitu? apa keistimewaan dari produk ini?
Jadi sebetulnya tepatnya
produk pangan irit beras. Artinya bentuknya persis beras,
kemudian rupanya saja
yang tidak persis sama beras, karena bahannya dari tepung-tepung yang warnanya
bisa macam-macam. Jadi benar-benar kita desain untuk menggunakan tepung selain
beras dan selain tepung terigu.
Beras Cerdas. |
Apakah produk ini sudah bisa
diproduksi secara massal?
Jadi penelitiannya dalam
skala pabrik kecil. Karena kebetulan kita mempunyai mesin yang skalanya besar,
jadi penelitiannya dalam skala besar bukan skala lab yang 100 gram, kalau kita
membuat formula ini skalanya 5 kilogram. Jadi belum diproduksi tapi bisa menuju
ke arah sana.
Sudah layak konsumsi?
Sudah. Kemarin 20 orang
wartawan datang kita sajikan, jadi kita masak beras yang unik.
Kalau melihat komposisinya
campuran-campuran begini apakah kadar-kadar kandungan dari vitamin dan protein
juga menyusut?
Kalau berasnya cukup tidak
masalah, yang jadi masalah karena kita menggantungkan pada beras, jadi beras
itu menjadi komoditas. Jadi kurang sedikit saja sudah ribut, padahal kita punya
sumber karbohidrat selain beras itu sangat banyak sekali dan itu bisa dibuat
beras. Kalau masalah kekhawatiran gizi itu justru kita bisa membuat beras ini
bisa lebih baik dari beras aslinya, misalkan protein kita bisa lebih banyak
dari beras aslinya tidak masalah, itu gampang.
Kalau soal rasanya
bagaimana?
Rasanya sama. Jadi kemarin
yang kita sajikan itu yang pulen, tapi kalau misalkan untuk nasi goreng yang
pera’ juga bisa dengan mengatur komposisinya kita bisa buat macam-macam.
Jadi kapan akan diproduksi
massal?
Saya kemarin dari Surabaya,
sebenarnya yang menghubungi saya sudah ada tiga calon investor tertarik untuk
memproduksi ini. Kemudian kemarin saya meeting dengan salah satu investor di
Surabaya, dia sangat tertarik dan dia mau siapkan pabriknya, kemudian kita lagi
search seberapa banyak dukungan bahan baku yang bisa kita gunakan, rencananya
tahun ini.
Bagaimana dengan harganya?
Jadi kita bidikan nanti
beras sehat, jadi segmentasinya menengah dulu ke atas. Kenapa, karena kalau
kita tarik ke menengah ke bawah, nanti takut kita gagal, dulu pada tahun 70-an
kita pernah buat beras seperti ini tapi segmentasinya menengah bawah. Orang
menengah bawah beras itu status sosial, jadi kalau sudah makan beras nanti
pindah dianggapnya miskin lagi. Tapi kalau orang menengah atas beras itu bukan
status sosial jadinya gampang, saya perkirakan harganya antara Rp 9 ribu sampai
Rp 14 ribu dan itu untuk beras sehat jauh lebih murah daripada beras sehat yang
tersedia sekarang. Katakanlah beras yang dari India yang untuk diabets itu
harganya Rp 35 ribu atau berapa, ini kita bisa jauh lebih murah, nanti kalau
sudah massal mestinya bisa turun lagi.
Apakah ada BUMN yang
tertarik untuk mengembangkan ini?
Jadi kemarin itu Pak Menteri
ceramah di IPB, waktu itu Pak Dahlan menantang siapa yang bisa membuat beras.
Kebetulan yang kerjakan tiga mahasiswa S1 saya untuk tugas akhir, sebetulnya
penelitiannya dari 2011, dananya dari Kementerian Riset dan Teknologi tapi 2011
belum jadi berasnya, bentuknya seperti pelet tidak runcing. Kemudian Februari
kemarin titik kritisnya sudah sudah kita kuasai, ada tiga orang anak-anak saya
ini pada waktu Pak Dahlan datang ada kesempatan bertanya, disampaikan oleh anak
bimbing saya dan akhirnya tiga orang ini diberangkatkan ke luar negeri
hadiahnya oleh Pak Dahlan.
Sumber: kbr68h.com, 19 April 2012
Leave a Comment